Translate

TEHNIK PENGUSAHA SUKSES

Minggu, 15 Mei 2011

MERASA GAGAL? BELAJARLAH DARI THOMAS ALVA EDISON

Thomas Alva Edison bukanlah nama yang asing bagi kita. Dia dikenal dan dikenang seluruh dunia dengan penemuannya yang menggemparkan dan mempengaruhi seluruh dunia.  Bola lampu listrik merupakan penemuan hebat yang sungguh mengagumkan. Sebelum dipanggil menghadap sang khalik pada usia 84 tahun, Thomas Alva Edison telah mempersembahkan 1.093 karya yang besar bagi dunia ini.

Hal yang menarik dalam hidupnya, sejak kecil telah membiasakan diri bertanya tentang sesuatu yang baru. Di sekolah ia selalu mempertanyakan jawaban yang diberikan oleh gurunya. Karena terlalu banyak bertanya, guru menilai bahwa dia seorang murid yang bingung atau bocah yang pikirannya kacau.

Dalam catatan riwayat hidupnya, Edison tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah tempatnya belajar. Dia hanya mampu bertahan di sekolah itu selama tiga bulan. Itulah pendidikan formal yang pernah ditempuhnya. Walaupun demikian, Edison tetap belajar sendiri, sampai menghasilkan karya besar yang mempengaruhi seluruh dunia.

Anda mungkin bertanya, bagaimana bisa seseorang yang menempuh pendidikan formal selama tiga bulan mendapatkan pemikiran-pemikiran yang tajam dan karya yang besar?  Apa rahasia keberhasilannya? Mari kita melihat prinsip yang sangat ketat dalam kehidupan Edison.

Menurutnya: "putus sekolah, tidak berarti putus pendidikan/belajar".

Walaupun pendidikan formalnya putus, tetapi dia terus menerus belajar dengan semangat yang tinggi.

Siapakah yang berjasa di dalam proses belajar Edison? Siapakah yang menjadi guru setianya? 
Ternyata, ibunya sendiri. Ibunya mantan seorang guru. Karena pengalaman mengajar yang sudah dilakukannya selama bertahun-tahun, ibunya terus melanjutkan pendidikan Edison di rumah. Dialah ibu yang sangat memahami dengan benar sifat anaknya yang selalu cerewet untuk bertanya. Edison selalu ingin tahu tentang segala sesuatu dari sudut ilmu eksakta (ilmu pasti).

Dari hasil pemantuan sang ibu, akhirnya pada usia 9 tahun sang ibu memberinya buku pelajaran dasar fisika. Buku itu berisi tentang uraian percobaan-percobaan ilmiah yang dapat dikerjakan sendiri oleh si bocah. Edison ternyata belajar dengan penuh gairah serta menantang setiap pernyataan yang terdapat dalam buku itu. Setiap pernyataan yang ada dipraktekan dan diuji sendiri sampai berhasil. 

Hal ini dapat dipahami karena Thomas Alva Edison adalah seorang yang memiliki temperamen kolerik. Orang yang memiliki temperamen kolerik adalah pribadi yang sangat berbahagia bila menerima tantangan. Senang dengan terobosan-terobosan baru. 

Pikirannya yang telah dipengaruhi oleh buku-buku yang pernah dibacanya, menantang Edison untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran yang baru saja dipelajarinya.

Pada usia 10 tahun, Edison telah mulai kegiatan eksiperimen. Dia menjadikan ruang bawah rumah ayahnya sebagai laboratorium kimia. Dia mulai mencoba eksiperimen yang berhubungan dengan obat-obatan sampai peralatan-peralatan listrik. Semua ini tidak terlepas dari semangat yang terus diberikan oleh ibunya.

Pada usia 12 tahun, Edison ingin mempunyai uang sendiri tanpa membebani orangtuanya. Sekalipun pada saat itu ekonomi keluarganya sangat baik karena ayahnya menjadi penyalur padi dan makanan yang sukses di Port Huron. Tetapi Edison tidak mau bergantung terus kepada orangtuanya. Lebih baik dia mencari uang sendiri untuk meraih cita-citanya. Dia pergi menjual koran dan makanan kecil di atas Kereta Api.

Motivasinya sangat jelas, yakni ingin mendapat uang untuk membeli bahan-bahan kimia dan peralatan-peralatan yang akan dibutuhkan untuk keperluan eksiperimen. Dia begitu tekun, giat dan bekerja keras demi cita-cita mulia tersebut. 

Selain mencari uang, Edison juga terus belajar di perpustakaan umum di kota dimana dia berada, ketika Kereta Api yang ditumpanginya untuk menjual koran singgah di stasiun. Dia tekun, serius mencari bahan-bahan referensi yang akan menunjang secara percobaan ilmiah yang sedang digumulinya.

Edison bukanlah seorang yang ngawur tetapi setia memperhatikan langkah-langkah imiah yang berlaku.

Dari ketekunannya pada usia 15 tahun, Edison berhasil ganti profesi, dari penjual koran menjadi penerbit koran. Semua koran itu dikerjakannya di Kereta Api. Koran tersebut diberi nama "Weekly Herald," Published by Newsboy on The Mixed Train. 

Suatu pagi, Edison mencoba naik Kereta Api yang sedang bergerak. Salah seorang kondektur Kereta Api tersebut menolongnya naik dengan mencekeram kupingnya. Kejadian itu menyebabkan Edison tuli. 

Apakah peristiwa tersebut menyurutkan semangat Edison? Tidak! Malah melalui kejadian itu ada nilai postif yang diperolehnya, yakni ketika Edison menjadi tuli, dia tidak terganggu dengan suara-suara dari luar sehingga lebih konsentrasi melakukan percobaan-percobaan.

Di antara 1.093 karya Edison, yang sangat populis dan merupakan kebutuhan mendasar seluruh dunia adalah bola lampu listrik. Memang sebelumnya para ahli yang memiliki tingkat akademis yang tinggi telah melakukan percobaan selama lima puluh tahun, tetapi hasilnya hanyalah frustrasi dan keputusasaan belaka.  


Berbeda dengan Edison, semangatnya yang menggebu-gebu disertai dengan ketekunanan telah menghantarnya menjadi berkat bagi dunia melalui profesi dan talenta yang Tuhan anugerahkan dalam hidupnya.
 
Kesempatan yang Tuhan anugerahkan tidak dibuang dengan sia-sia. Setiap detik dipakai dengan penuh tanggungjawab. Thomas Alva Edison merelakan dirinya untuk mengalami kegagalan sebanyak 999 kali untuk mencapai keberhasilan yang memuaskan dirinya sebagai penemu, sekaligus menjadi berkat bagi sesama manusia di seluruh belahan dunia ini. Fakta menunjukkan bahwa dia seorang yang jenius.

Bagi Edison, Jenius adalah: "Genius is : 1 % is inspiration but 99 % is perspiration

(Jenius :  1 % adalah inspirasi bawaan sejak lahir, tetapi 99 % adalah perspirasi/hasil keringat/kerja keras)". 

Menurutnya kejeniusan bukan saja hanya bawaan sejak lahir tetapi melalui usaha serta ketekunan yang menghasilkan keringat. Keberhasilan yang dicapai tanpa melalui hasil keringat adalah keberhasilan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan orang lain. Namun, keberhasilan yang sesungguhnya harus disertai kerja keras yang memeras keringat.

Jasa Thomas Alva Edison sebagai orang Kristen dikenang dan diakui seluruh dunia. Bahkan dia telah mampu membawa terang bagi dunia melalui prestasi yang telah digarapnya dengan serius. Pelajaran yang sangat berharga dapat kita petik melalui kehidupan Thomas Alva Edison. Pendidikan atau gelar sarjana bukanlah jaminan satu-satunya untuk mencapai keberhasilan. Gelar kesarjanaan penting dan memang harus, sesuai dengan tuntutan zaman masa kini, tetapi apabila tidak dibarengi dengan ketekunan/keuletan dan keseriusan, tidak akan menghasilkan sesuatu.

Thomas Alva Edison memberi kita inspirasi bahwa semangat kerja, ketekunan dan jiwa yang tidak mau menyerah dengan keadaan akan menghasilkan sesuatu. Edison walaupun diusia lanjut, semangatnya tidak pernah pudar, semangatnya terus berkobar untuk menghasilkan perkara-perkara yang mulia.

Kerja di laboratoriumnya berhenti ketika ia tutup usia, 18 Oktober 1931 yang lalu
. Tetapi dunia memberikan penghargaan besar kepada anak ini, sebab telah berhasil meletakkan fondasi bagi terjadinya revolusi industri.

-  Bagaimana dengan Anda? 
Pikirkanlah!

Bahan Pembanding (H. Sihombing dan K. Dwiyana. Buku Pintar Tokoh Ternama. Jakarta: Pustaka Delapratasa, 2000) dan Harian Media Indonesia (Tulisan Saur Hutabarat "Tokoh Dunia: Jenius, Sekolah Tiga Bulan"), Kamis, 30 Desember 1999

Tidak ada komentar: